Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di Balai Diklat Keagamaan (BDK) Palembang serta efektivitas manajemen pendidikan dan pelatihan guru madrasah di BDK Palembang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara dan angket. Subjek penelitian ini adalah peserta diklat guru rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu sebanyak 30 orang dan 2 orang widyaiswara, sedangkan objek penelitiannya adalah efektivitas manajemen pendidikan dan pelatihan di BDK Palembang. Analisis data yang digunakan adalah kualitatif. Hasil penelitian disimpulkan bahwa gambaran pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di BDK Palembang sangat efektif dilihat pada proses pelaksanaanya, dengan menggunakan pengukuran skala likert yang mengacu pada unsur-unsur yang terdapat dalam suatu pelatihan seperti peserta, pelatih/instruktur, lamanya latihan, materi (bahan latihan), metode pelatihan, serta media pelatihan. Sesuai dengan tanggapan responden yang dianalisis berdasarkan rumus persentase dengan skor yang diperoleh sebesar 81,45% kemudian diukur dengan menggunakan pengukuran skala likert berada pada interval 76%-100% dengan pengkategorian sangat efektif. Selama proses pelatihan, mereka mengalami banyak perubahan, meliputi peningkatan pada kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan untuk tingkat efektivitas manajemen pendidikan dan pelatihan di BDK Palembang belum sepenuhnya dilaksanakan secara efektif.
Kata kunci: Efektivitas, Pendidikan dan Pelatihan, Diklat Berbasis Kompetensi, Program Diklat, Guru Madrasah, BDK Palembang
1. Pendahuluan
Peningkatan mutu pendidikan adalah salah satu sasaran pembangunan nasional di bidang pendidikan, dan faktor mendasar yang menentukan mutu pendidikan adalah guru, sebab peran guru sangat signifikan dalam proses pembelajaran (Jones, Jenkin & Lord, 2006, hlm. 22). Guru hendaknya mampu memberikan pengetahuan, sikap dan perilaku, dan keterampilan melalui strategi dan pola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan abad 21. Guru sebagai pendidik professional diharapkan selalu memiliki mindset terbuka serta terus mengembangkan diri, sebagai upaya mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing dalam kehidupan masyarakat global. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan guru yang profesional. Guru profesional selalu menggunakan cara-cara kreatif dan inovatif dalam menyampaikan setiap pengetahuan, keterampilan, bahkan sikap kepada siswa, termasuk kreativitas dalam menggunakan media pembelajaran.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) berbasis kompetensi. Diklat memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya aparatur professional dengan kompetensi sikap, dan perilaku sesuai harapan dan fungsinya dalam jabatan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 Pasal 14 yang menyatakan bahwa “guru memiliki hak untuk memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi pada bidangnya dalam peningkatan kompetensi”. Devi & Shaik (2012, hlm. 722) menyebutkan bahwa fungsi pelatihan memungkinkan sumber daya manusia untuk memunculkan potensi mereka. Sebuah program pelatihan yang mendalam berperan sebagai alat untuk meningkatkan keterampilan pegawai dan memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi karyawan, organisasi, dan efektivitas organisasi.
Terkait dengan pelatihan, DeCenzo & Robbins (2010, hlm. 190) menyatakan bahwa: Employee training is a learning experience: it seeks a relatively permanent change in employees that improves job performance. Thus, training involves changing skills, knowledge, attitudes, or behavior. This may mean changing what employees know, how they work, or their attitudes toward their jobs, co-workers, managers, and the organization
Untuk mengetahui apakah diklat yang diselenggarakan oleh suatu lembaga diklat benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan serta tujuan diklat maka diperlukan evaluasi secara komprehensif. Vyas (2004) mengutarakan bahwa evaluasi adalah cara yang paling penting untuk menentukan efektivitas pelatihan. Faktor-faktor lain juga memiliki pengaruh terhadap efektivitas pelatih, seperti transfer belajar, kemampuan pelatih untuk menyampaikan materi, kemampuan peserta untuk menyerap materi dan kemampuan lembaga dan pelatih untuk mengenali kebutuhan peserta, dan kesesuaian paket pelatihan dengan kebutuhan peserta.
Lembaga kediklatan dituntut mampu menunjukkan profesionalitasnya sebagai penyelenggara diklat, serta mampu menciptakan tenaga-tenaga guru yang handal dan profesional. Namun dalam prakteknya penyelenggaraan diklat masih jauh dari harapan karena belum disusun berdasarkan analisis kebutuhan, dan belum dirancang secara terpadu dengan melibatkan berbagai komponen terkait yang terdiri dari unsur penyelenggara, widyaiswara, dan peserta diklat. Hasil penelitian Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tahun 2005, tentang Penyelenggaraan Diklat Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SD/SLTP menyebutkan bahwa diklat-diklat yang telah diselenggarakan belum disusun berdasarkan analisis kebutuhan, serta belum dirancang secara terpadu dengan melibatkan berbagai komponen terkait (Balitbang, 2005:75).
Kondisi di atas sebenarnya tidak perlu terjadi jika lembaga diklat sudah memiliki sistem manajemen diklat yang terpadu, artinya antara subsistem yang satu terkait dengan subsistem lainnya. Oleh karena itu maka agar diklat dapat berjalan dengan efektif diperlukan suatu tahapan atau langkah-langkah yang sistematik melalui fungsi manajemen diklat yang terdiri dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi diklat.
Berkenaan dengan kondisi tersebut maka melalui penelitian ini, manajemen penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi bagi guru madrasah perlu di evaluasi secara komprehensif agar dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penyebab diklat berbasis kompetensi bagi guru madrasah yang dilaksanakan selama ini belum sesuai dengan kebutuhan dan tujuan diklat serta belum dapat mengubah kebiasaan cara pandang guru dalam bekerja.
2. Literatur Review
DeCenzo & Robbins (2010, hlm. 53) mengemukakan bahwa “To be successful in an organization, employees must be trained and developed in the latest technology and skills relevant to their current and future jobs.” Lebih lanjut DeCenzo & Robbins (2010, hlm. 190) menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia terdiri dari pelatihan pegawai (present-oriented training) yaitu pelatihan yang fokus pada pekerjaan pegawai saat ini; pengembangan pegawai (future-oriented training) yaitu pelatihan yang fokus pada pengembangan diri pegawai; serta karir pegawai.
Gray (2005, hlm. 5) mengatakan bahwa CPD mencakup gagasan individu yang bertujuan untuk upaya perbaikan skill professional dan pengetahuan mereka secara terus-menerus di luar pelatihan dasar awalnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Day & Sachs (2004, hlm. 3) mengatakan bahwa CPD merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan semua aktivitas-aktivitas di mana guru terlibat sepanjang perjalanan karirnya, yang dirancang guna meningkatkan pekerjaannya. Pengembangan keprofesian berkelanjutan mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan karakteristik, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan. Melalui siklus evaluasi, refleksi pengalaman belajar, perencanaan dan implementasi kegiatan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, maka diharapkan guru akan mampu mempercepat pengembangan kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian untuk kemajuan karirnya.
Terkait dengan kompetensi, McShane & Glinow (2008, hlm. 36) menjelaskan bahwa kompetensi adalah keterampilan, pengetahuan, bakat, nilai-nilai, pengarah, dan karakteristik pribadi lainnya yang mendorong ke arah performansi unggul. Gilley & Enggland (2008, hlm. 36) membahas kompetensi dari aspek pengembangan sumber daya manusia, bahwa kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang sehingga membolehkan ia untuk mengisi suatu peran. Kompetensi juga merupakan pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kunci untuk menghasilkan output dari suatu pelatihan dan pengembangan peran mereka. Sebagaimana yang telah dikemukan oleh beberapa ahli di atas, penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku dalam mengembangkan bakat seseorang sehingga dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Pada dasarnya pelatihan berbasis kompetensi memiliki karakteristik lain yaitu: (a) berdasarkan pada Standar Kompetensi; (b) isi dari pelatihan mengarah kepada kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas tertentu; (c) pelatihan dapat berupa on-job, off-job, atau kombinasi keduanya; (d) adanya fleksibilitas waktu untuk mencapai suatu kompetensi; (e) adanya pengakuan terhadap kompetensi mutakhir/yang dimiliki saat ini; (f) pengujian berdasarkan kriteria tertentu; (g) pengujian dilakukan jika peserta pelatihan sudah siap, (h) menekankan pada kesanggupan untuk mentransfer pengetahuan dan ketrampilan pada situasi baru, (i) berfokus pada peserta pelatihan (perlu pendekatan individual/mandiri, kelompok dan klasikal), (j) materi pelatihan, penekanannya pada output dan outcome (hasil pelatihan), (k) penekanan pada apa yang haru dikerjakan,(l) penilaian kinerja berdasarkan kriteria unjuk kerja, (m) pencapaian kualifikasi kompetensi dapat melalui beberapa jalur.
Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri/ dunia usaha/asosiasi profesi, substansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokkan dan diorganisasikan menjadi program normatif, adaptif dan produktif. Untuk merespon kelompok guru produktif terkait dengan peningkatan kualitas dan kemampuan profesionalnya dibutuhkan suatu pengembangan diri dari seorang guru melalui pendidikan dan pelatihan di suatu lembaga diklat.
Manajemen merupakan suatu proses, yaitu sumber-sumber yang semula tidak berhubungan antara satu dengan lainnya, kemudian diintegrasikan menjadi suatu sistem yang menyeluruh untuk mencapai tujuan organisasi. Sistem adalah “seperangkat komponen atau unsur-unsur atau subsistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu”. Agar diklat berjalan sesuai dengan fungsinya, terdapat sistem yang mengatur dan pengelola yang merencanakan, mengarahkan, melaksanakan, mengendalikan agar tujuan diklat tercapai secara efektif. Atkins (Buckley & Caple, 2009, hlm. 24-26) memberikan suatu pendekatan sistematik terhadap pelatihan. Dikatakan sistematik karena merupakan suatu hubungan logis atara tahapan-tahapan berurutan dalam proses penyelidikan kebutuhan pelatihan, perancangan, pelaksanaan dan validasi pelatihan. Model dasar dari suatu pendekatan sistematik terhadap diklat digambarkan sebagai berikut:
Buckley & Caple, (2009, hlm. 25) menambahkan, penelitian mengenai model-model pelatihan menunjukkan bahwa dalam pelatihan semuanya mengandung kegiatan yang sama walaupun mungkin muncul dalam format-format yang berbeda. Apa pun formatnya, semua model tampaknya memiliki variasi seputar empat kegiatan utama sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas.
Sejalan dengan itu, dalam penelitian ini fungsi manajemen akan dijabarkan ke dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang selanjutnya digunakan oleh peneliti untuk mengkaji efektivitas manajemen penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi bagi guru di suatu lembaga diklat. Berikut tahapan proses diklat berbasis kompetensi yang digunakan peneliti.
Agar diklat berjalan sesuai dengan fungsinya, ada sistem yang mengatur dan pengelola yang merencanakan, mengarahkan, melaksanakan, mengendalikan agar tujuan diklat tercapai secara efektif. Pendekatan sistem dalam diklat tidak lepas dari pendekatan sistem secara umum yaitu pendekatan dengan menggunakan bagan arus mulai dari input (masukan), proses, output (keluaran) dan outcome (dampak).
Berkenaan dengan efektivitas manajemen diklat, program diklat dikatakan efektif ketika hasil penyelenggaraan diklat sesuai dengan tujuannya. Efektivitas manajemen diklat terdiri dari beberapa dimensi manajemen dan aspek diklat berbasis kompetensi sebagai berikut: (1) perencanaan meliputi analisis kebutuhan diklat, penyusunan kurikulum, penyusunan bahan diklat, seleksi peserta, penetapan pengajar, dan pengelolaan sarana dan prasarana. (2) pelaksanaan diklat, yang merupakan implementasi dari perencanaan diklat yang sudah disusun sebelumnya, meliputi persiapan diklat dan pelaksanaan diklat (proses belajar mengajar). (3) evaluasi diklat meliputi evaluasi peserta diklat, evaluasi pengajar/fasilitator, evaluasi penyelenggaraan, dan evaluasi pasca diklat.
3. Metode Penelitian
Data utama penelitian adalah ini adalah kata-kata, peristiwa, objek dan tindakan-tindakan keseharian penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi bagi guru madrasah, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Sumber data diperoleh melalui proses wawancara, angket dan studi dokumentasi. Sumber data pada penelitian ini adalah informan, sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah peserta diklat guru rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu sebanyak 30 orang dan 2 orang widyaiswara.
3.1 Method
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini berupaya memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan guru rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) dan bagaimana efektifvitas manajemen pendidikan dan pelatihan guru rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) di BDK Palembang.
Penelitian ini dilakukan di Balai Diklat Keagamaan (BDK) Palembang yang bertempat di jalan Demang Lebar Daun-Macan Kumbang no. 44436 Palembang. Lokasi penelitian di BDK Palembang ini dipilih karena tempat tersebut berfungsi untuk menyelenggarakan berbagai macam program pendidikan dan pelatihan bagi guru dan pegawai yang berada di bawah naungan Kementerian Agama dengan wilayah kerja 4 propinsi yaitu Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Kepulauan Bangka Belitung.
4. Results and Discussion
4.1 Result
Pada bagian ini akan dideskripsikan hasil temuan penelitian secara komprehensif dengan menggunakan skala likert ditinjau dari pelaksanaannya dengan memperhatikan beberapa unsur-unsur dalam pelatihan, sampai pada tingkat efektivitas manajemen pendidikan dan pelatihan guru rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) di BDK Palembang yang diperoleh melalui proses wawancara, studi dokumentasi dan pembagian angket, serta dilakukan berdasarkan fokus dan sub fokus penelitian sehingga dapat dilihat gambaran hasil penelitian secara sistematis
4.2 Statement Of Result
Sistem yang diterapkan dalam diklat ini adalah sistem Pelatihan Berbasis kompetensi yang selanjutnya disebut PBK yaitu pelatihan yang menitikberatkan pada kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dalam pelaksanaan suatu pelatihan meliputi unsur-unsur seperti peserta, pelatih/instruktur, lamanya latihan, materi (bahan latihan), metode pelatihan, media pelatihan. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di BDK Palembang tentang unsur-unsur pelatihan maka peneliti melakukan wawancara kepada peserta dan pelatih/widyaiswara. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa untuk mengetahui tingkat kompetensi peserta diklat diadakan pretest sebelum pembelajaran dimulai, dan setelah selesai mengikuti proses pembelajaran diberikan posttest dengan soal ujian yang sama. Kemudian diadakan juga peer teaching diakhir materi pembelajaran.
Materi disusun berdasarkan tujuan pelatihan, peserta, hal yang ingin dicapai dan lamanya pelatihan. Materi yang diberikan kepada peserta pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan. Dari tujuan pelatihan yang telah dirumuskan maka akan diketahui kemampuan apa yang harus diberikan dalam pelatihan dan selanjutnya identifikasi materi-materi atau bahan-bahan pelajaran yang akan diberikan dalam pelajaran.
Dengan melihat Hasil penelitian menggunakan skala likert ditinjau dari gambaran pelaksanaannya dengan memperhatikan beberapa unsur-unsur dalam pelatihan, sampai pada tingkat efektivitas manajemen pendidikan dan pelatihan di BDK Palembang sebagai berikut:
1. Peningkatan pada aspek Kognitif (pengetahuan), Psikomotor (keterampilan) dan pada aspek Afektif (sikap dan perilaku)
Peserta diklat yang mengikuti pelatihan di BDK melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh instruktur. Menanyakan apa yang belum mereka ketahui. Mereka juga menerapkan sikap toleransi dan kekeluargaan baik sesama peserta diklat maupun antara peserta diklat dengan instruktur, hal tersebut dimaksudkan agar peserta diklat merasa nyaman dalam proses pelatihan. Sehubungan dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap, dengan melihat hasil analisis data yang telah dirumuskan maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan guru rumpun PAI menunjukkan kategori sangat efektif.
2. Perencanaan Diklat Berbasis Kompetensi
a. Analisis kebutuhan diklat di BDK tidak memuat aspek kebutuhan diklat atau deskripsi kebutuhan diklat yang diinginkan.
b. Dalam proses penyusunan bahan diklat tidak dilakukan proses penilaian dari para ahli atau pihak eksternal, disamping itu beberapa bahan diklat yang ditulis tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan masih terdapat beberapa penulis bahan diklat yang penyusunannya terlambat sehingga menyebabkan pencetakan bahan diklat menjadi terhambat.
d. Seleksi peserta diklat berbasis kompetensi di BDK tidak berdasarkan pada peta kompetensi.
e. Penetapan pengajar diklat berbasis kompetensi bagi guru madrasah di BDK telah dilakukan berdasarkan pada keahlian, pengalaman, mental dan tanggung jawab atas keberhasilan mata sajiannya dengan memperhatikan jenis dan jenjang pendidikan dan pelatihan.
f. Dalam situasi tertentu penyediaan sarana diklat seperti ketersediaan bahan praktik dan peralatan mesin pendukung diklat masih terbatas dalam pengadaannya.
3. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Guru rumpun PAI di BDK Palembang Berdasarkan penyajian hasil analisis data, penulis meninjau proses gambaran pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Guru rumpun PAI di BDK Palembang dari unsur-unsur dalam suatu pelatihan. Metode latihan yang digunakan instruktur membantu memahami materi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh peserta didik. Metode yang diterapan lebih mengutamakan praktek dari pada teori. Keberadaan widyaiswara pun sangat membantu dalam menyampaikan materi. Sarana dan prasarana yang terdapat di BDK Palembang juga telah sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan rekapitulasi analisis data yang dilakukan secara keseluruhan terhadap seluruh item pertanyaan dalam angket diperoleh skor sebesar 81,45% yang berdasarkan pada pengkategorian yang telah ditetapkan yakni berada pada interval 76%-100%, yang mengindikasikan bahwa pendidikan dan pelatihan ini sangat efektif .
4. Evaluasi Diklat Berbasis Kompetensi
a. Hasil evaluasi peserta diketahui terdapat beberapa peserta yang tidak mencapai target kompetensi yang diharapkan dari level diklat yang diikuti.
b. Dari evaluasi pengajar telah menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu masing-masing pengajar telah menjalankan tugasnya dengan baik dan memiliki kompetensi serta kualifikasi yang baik untuk penyampaian materi kepada peserta.
c. Dari evaluasi penyelenggaraan diklat dapat diketahui hasil evaluasi pelaksanaan diklat secara komprehensif, termasuk unsur-unsur administrasi dan program akademiknya. Evaluasi penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi bagi guru madrasah di BDK dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pemantauan pra diklat dan tahap selama proses diklat. Sehingga dari tahapan kegiatan evaluasi ini dapat memantau pelaksanaan kegiatan diklat secara utuh dan terpadu.
d. Monitoring dan evaluasi sudah dijalankan untuk melihat sejauh mana ilmu yang diperoleh diterapkan dilingkungan kerja masing-masing.
5. Conclusion
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
(1) BDK belum memiliki sistem manajemen diklat yang terpadu, artinya antara subsistem yang satu belum terkait dengan subsistem lainnya,
(2) Perencanaan diklat tidak sepenuhnya berbasis pada demand driven tetapi lebih bersifat supply driven. Hal ini tercermin dari rancangan diklat yang tidak sepenuhnya berdasarkan pada Training Needs Analysis (TNA), tetapi lebih berdasarkan pada kemampuan dan ketersediaan SDM yang dimiliki,
(3) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Guru Madrasah di BDK Palembang sangat efektif dilihat pada proses pelaksanaanya, dengan menggunakan pengukuran skala likert yang mengacu pada unsur-unsur yang terdapat dalam suatu pelatihan seperti peserta, pelatih/instruktur, lamanya latihan, materi (bahan latihan), metode pelatihan, serta media. dapat dilihat berdasarkan tanggapan responden yang dianalisis dengan menggunakan rumus persentase dengan skor yang di peroleh sebesar 81,45% kemudian diukur dengan menggunakan pengukuran skala likert berada pada interval 76%-100% berada pada pengkategorian sangat efektif dan menyatakan bahwa selama proses pelatihan, mereka mengalami banyak perubahan, meliputi peningkatan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan telah berhasil mencapai tujuannya.
(4) Evaluasi peserta diklat di BDK sudah dilaksanakan meskipun belum sepenuhnya sistematis, dan
(4) Penyelenggaraan diklat di BDK belum sepenuhnya efektif karena keterbatasan
dalam pembiayaan.
REFERENCES
Buckley, R. & Caple, J. (2009). The Theory and Practice Of Training, 6th Edition. London: Koganpage.
Cheung, A.C.K. & Wong, P.M. 2012. Factors affecting the implementation of curriculum reform in Hong Kong: key findings from a large-scale survey study. International Journal of Educational Management, 36 (1), 39-54.
Davis, E. (2005). The Training Manager’s: A Handbook. Edisi Terjemahan. Alih Bahasa oleh: Ramelan. Buku Wajib Bagi Para Manajer dalam Mengadakan Training. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Day, C. & Sachs, J. (2004). Professionalism, perfomativity and empowerment: discourses in the politics, policies and purposes of continuing professional development. In: Day B & S achs J (e ds). International handbook on thecontinuingpro fessional de velopment of teachers. Berkshire: McGraw-Hill Education.
DeCenzo, A. D. & Robbins, P. S. (2010). Fundamentals of Human Resources Management, 8th Edition. USA: John Willey & Sons Inc.
Devi, R. & Shaik, N. (2012). “Evaluating training & development effectiveness - A Measurement Model”. Asian Journal of Management Research. 2, (1), 722.
Gomes, F. C. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi.
Gray, S. L. (2005). An Enquiry Into Continuing Professional Development for Teachers. London: Esmee Fairn.
Hasil Penelitian Badan Litbang dan Diklat. (2005). Penyelenggaraan Diklat GPAI SD/SLTP. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat.
Jones, J., Jenkin, M. & Lord, S. (2006). Developing Effective Teacher Performance. London: Paul Chapman Publising.
Munandar & Ratnawati. (2007). “Peningkatan Profesional Guru Melalui Pendidikan Dan Latihan”. [Online]. Tersedia: http://www.digilib.unm.ac.id/.../universitas %20negeri%20makasar. [2 agustus 2018].
Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright. (2003). Human Resource Management, International Edition. New York: The McGraw-hill Companies, Inc.
Scannel, E. & Donaldson, L. (2000). Human Resource Development, The New Trainer’s Guide, Third Edition. Cambridge, Massachusetts: Perseus Publishing.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Vyas, L. (2004). “Delivering Better Government: Assessing the Effectiveness of Public Service Training in India”. Journal of Public Personnel Management. 33, (3), 291-306.