Senin, 26 November 2018

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BAGI GURU MADRASAH

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di Balai Diklat Keagamaan (BDK) Palembang serta efektivitas manajemen pendidikan dan pelatihan guru madrasah di BDK Palembang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara dan angket. Subjek penelitian ini adalah peserta diklat guru rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu sebanyak 30 orang dan 2 orang widyaiswara, sedangkan objek penelitiannya adalah efektivitas manajemen pendidikan dan pelatihan di BDK Palembang. Analisis data yang digunakan adalah kualitatif. Hasil penelitian disimpulkan bahwa gambaran pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di BDK Palembang sangat efektif dilihat pada proses pelaksanaanya, dengan menggunakan pengukuran skala likert yang mengacu pada unsur-unsur yang terdapat dalam suatu pelatihan seperti peserta, pelatih/instruktur, lamanya latihan, materi (bahan latihan), metode pelatihan, serta media pelatihan. Sesuai dengan tanggapan responden yang dianalisis berdasarkan rumus persentase dengan skor yang diperoleh sebesar 81,45% kemudian diukur dengan menggunakan pengukuran skala likert berada pada interval 76%-100% dengan pengkategorian sangat efektif. Selama proses pelatihan, mereka mengalami banyak perubahan, meliputi peningkatan pada kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan untuk tingkat efektivitas manajemen pendidikan dan pelatihan di BDK Palembang belum sepenuhnya dilaksanakan secara efektif.
Kata kunci: Efektivitas, Pendidikan dan Pelatihan, Diklat Berbasis Kompetensi, Program Diklat, Guru Madrasah, BDK Palembang
1.      Pendahuluan
Peningkatan  mutu  pendidikan adalah salah  satu  sasaran  pembangunan nasional  di  bidang  pendidikan,  dan  faktor  mendasar  yang  menentukan  mutu pendidikan  adalah  guru,  sebab  peran  guru sangat  signifikan  dalam  proses  pembelajaran (Jones,  Jenkin  &  Lord,  2006,  hlm. 22). Guru hendaknya mampu memberikan pengetahuan, sikap dan perilaku, dan keterampilan melalui strategi dan pola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan abad 21. Guru sebagai pendidik professional diharapkan selalu memiliki mindset terbuka serta terus mengembangkan diri, sebagai upaya mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing dalam kehidupan masyarakat global. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan guru yang profesional. Guru profesional selalu menggunakan cara-cara kreatif dan inovatif dalam menyampaikan setiap pengetahuan, keterampilan, bahkan sikap kepada siswa, termasuk kreativitas dalam menggunakan media pembelajaran.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) berbasis kompetensi. Diklat memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya aparatur professional dengan kompetensi sikap, dan perilaku sesuai harapan dan fungsinya dalam jabatan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 Pasal 14 yang menyatakan bahwa “guru memiliki hak untuk memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi pada bidangnya dalam peningkatan kompetensi”. Devi & Shaik  (2012, hlm. 722) menyebutkan bahwa fungsi pelatihan memungkinkan sumber daya  manusia untuk memunculkan potensi mereka. Sebuah program pelatihan yang mendalam berperan sebagai alat untuk meningkatkan keterampilan pegawai dan memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Pelatihan dan pengembangan sangat penting  bagi  karyawan, organisasi, dan efektivitas organisasi.
Terkait dengan pelatihan, DeCenzo & Robbins (2010, hlm. 190) menyatakan bahwa: Employee training is a learning experience: it seeks a relatively permanent change in employees that improves job performance. Thus, training involves changing skills, knowledge, attitudes, or behavior. This may mean changing what employees know, how they work, or their attitudes toward their jobs, co-workers, managers, and the organization
Untuk  mengetahui  apakah  diklat  yang diselenggarakan  oleh  suatu  lembaga  diklat benar-benar  bermanfaat  dan  sesuai  dengan kebutuhan  serta  tujuan  diklat  maka  diperlukan evaluasi  secara  komprehensif.  Vyas  (2004) mengutarakan  bahwa  evaluasi adalah cara yang paling  penting  untuk  menentukan  efektivitas pelatihan.  Faktor-faktor  lain  juga  memiliki pengaruh  terhadap  efektivitas  pelatih,  seperti transfer  belajar,  kemampuan  pelatih  untuk menyampaikan materi, kemampuan peserta untuk menyerap  materi  dan  kemampuan  lembaga  dan pelatih  untuk  mengenali  kebutuhan  peserta,  dan kesesuaian  paket  pelatihan  dengan  kebutuhan peserta.
Lembaga kediklatan dituntut mampu menunjukkan profesionalitasnya sebagai penyelenggara diklat, serta mampu menciptakan tenaga-tenaga guru yang handal dan profesional. Namun dalam prakteknya penyelenggaraan diklat masih jauh dari harapan karena belum disusun berdasarkan analisis kebutuhan, dan belum dirancang secara terpadu dengan melibatkan berbagai komponen terkait yang terdiri dari unsur penyelenggara, widyaiswara, dan peserta diklat. Hasil penelitian Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tahun 2005, tentang Penyelenggaraan Diklat Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SD/SLTP menyebutkan bahwa diklat-diklat yang telah diselenggarakan belum disusun berdasarkan analisis kebutuhan, serta belum dirancang secara terpadu dengan melibatkan berbagai komponen terkait (Balitbang, 2005:75).
Kondisi di atas sebenarnya tidak perlu terjadi jika lembaga diklat sudah memiliki sistem manajemen diklat yang terpadu, artinya antara subsistem yang satu terkait dengan  subsistem lainnya. Oleh karena itu  maka agar diklat dapat berjalan dengan efektif diperlukan suatu tahapan atau langkah-langkah yang sistematik melalui fungsi manajemen diklat yang terdiri  dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi diklat.
Berkenaan dengan kondisi tersebut maka melalui penelitian ini, manajemen penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi bagi guru madrasah perlu di evaluasi secara komprehensif agar dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penyebab diklat berbasis kompetensi bagi  guru madrasah yang dilaksanakan selama ini belum sesuai dengan kebutuhan dan tujuan  diklat  serta belum  dapat  mengubah  kebiasaan cara pandang guru  dalam  bekerja.
2.      Literatur Review
DeCenzo & Robbins (2010, hlm. 53) mengemukakan bahwa “To be successful in an organization, employees must be trained and developed in the latest technology and skills relevant to their current and future jobs.” Lebih lanjut DeCenzo & Robbins (2010, hlm. 190) menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia terdiri dari pelatihan pegawai (present-oriented training) yaitu pelatihan yang fokus pada pekerjaan pegawai saat ini; pengembangan pegawai (future-oriented training) yaitu pelatihan yang fokus pada pengembangan diri pegawai; serta karir pegawai.
Gray (2005, hlm. 5) mengatakan bahwa CPD mencakup gagasan individu yang bertujuan untuk upaya perbaikan skill professional dan pengetahuan mereka secara terus-menerus di luar pelatihan dasar awalnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Day & Sachs (2004, hlm. 3) mengatakan bahwa CPD merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan semua aktivitas-aktivitas di mana guru terlibat sepanjang perjalanan karirnya, yang dirancang guna meningkatkan pekerjaannya. Pengembangan keprofesian berkelanjutan mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan karakteristik, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan. Melalui siklus evaluasi, refleksi pengalaman belajar, perencanaan dan implementasi kegiatan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, maka diharapkan guru akan mampu mempercepat pengembangan kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian untuk kemajuan karirnya.
Terkait dengan kompetensi, McShane & Glinow (2008, hlm. 36) menjelaskan bahwa kompetensi adalah keterampilan, pengetahuan, bakat, nilai-nilai, pengarah, dan karakteristik pribadi lainnya yang mendorong ke arah performansi unggul. Gilley & Enggland (2008, hlm. 36) membahas kompetensi dari aspek pengembangan sumber daya manusia, bahwa kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang sehingga membolehkan ia untuk mengisi suatu peran. Kompetensi juga merupakan pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kunci untuk menghasilkan output dari suatu pelatihan dan pengembangan peran mereka. Sebagaimana yang telah dikemukan oleh beberapa ahli di atas, penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku dalam mengembangkan bakat seseorang sehingga dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Pada dasarnya pelatihan berbasis kompetensi memiliki karakteristik lain yaitu: (a) berdasarkan pada Standar Kompetensi; (b) isi dari pelatihan mengarah kepada kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas tertentu; (c) pelatihan dapat berupa on-job, off-job, atau kombinasi keduanya; (d) adanya fleksibilitas waktu untuk mencapai suatu kompetensi; (e) adanya pengakuan terhadap kompetensi mutakhir/yang dimiliki saat ini; (f) pengujian berdasarkan kriteria tertentu; (g) pengujian dilakukan jika peserta pelatihan sudah siap, (h) menekankan pada kesanggupan untuk mentransfer pengetahuan dan ketrampilan pada situasi baru, (i) berfokus pada peserta pelatihan (perlu pendekatan individual/mandiri, kelompok dan klasikal), (j) materi pelatihan, penekanannya pada output dan outcome (hasil pelatihan), (k) penekanan pada apa yang haru dikerjakan,(l) penilaian kinerja berdasarkan kriteria unjuk kerja, (m) pencapaian kualifikasi kompetensi dapat melalui beberapa jalur.
Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri/ dunia usaha/asosiasi profesi, substansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokkan dan diorganisasikan menjadi program normatif, adaptif dan produktif. Untuk merespon kelompok guru produktif terkait dengan peningkatan kualitas dan kemampuan profesionalnya dibutuhkan suatu pengembangan diri dari seorang guru melalui pendidikan dan pelatihan di suatu lembaga diklat.
Manajemen merupakan suatu proses, yaitu sumber-sumber yang semula tidak berhubungan antara satu dengan lainnya, kemudian diintegrasikan menjadi suatu sistem yang menyeluruh untuk mencapai tujuan organisasi. Sistem adalah “seperangkat komponen atau unsur-unsur atau subsistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu”. Agar diklat berjalan sesuai dengan fungsinya, terdapat sistem yang mengatur dan pengelola yang merencanakan, mengarahkan, melaksanakan, mengendalikan agar tujuan diklat tercapai secara efektif. Atkins (Buckley & Caple, 2009, hlm. 24-26) memberikan suatu pendekatan sistematik terhadap pelatihan. Dikatakan sistematik karena merupakan suatu hubungan logis atara tahapan-tahapan berurutan dalam proses penyelidikan kebutuhan pelatihan, perancangan, pelaksanaan dan validasi pelatihan. Model dasar dari suatu pendekatan sistematik terhadap diklat digambarkan sebagai berikut:
Buckley & Caple, (2009, hlm. 25) menambahkan, penelitian mengenai model-model pelatihan menunjukkan bahwa dalam pelatihan semuanya mengandung kegiatan yang sama walaupun mungkin muncul dalam format-format yang berbeda. Apa pun formatnya, semua model tampaknya memiliki variasi seputar empat kegiatan utama sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas.
Sejalan dengan itu, dalam penelitian ini fungsi manajemen akan dijabarkan ke dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang selanjutnya digunakan oleh peneliti untuk mengkaji efektivitas manajemen penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi bagi guru di suatu lembaga diklat. Berikut tahapan proses diklat berbasis kompetensi yang digunakan peneliti.
Agar diklat berjalan sesuai dengan fungsinya, ada sistem yang mengatur dan pengelola yang merencanakan, mengarahkan, melaksanakan, mengendalikan agar tujuan diklat tercapai secara efektif. Pendekatan sistem dalam diklat tidak lepas dari pendekatan sistem secara umum yaitu pendekatan dengan menggunakan bagan arus mulai dari input (masukan), proses, output (keluaran) dan outcome (dampak).
Berkenaan dengan efektivitas manajemen diklat, program diklat dikatakan efektif ketika hasil penyelenggaraan diklat sesuai dengan tujuannya. Efektivitas manajemen diklat terdiri dari beberapa dimensi manajemen dan aspek diklat berbasis kompetensi sebagai berikut: (1) perencanaan meliputi analisis kebutuhan diklat, penyusunan kurikulum, penyusunan bahan diklat, seleksi peserta, penetapan pengajar, dan pengelolaan sarana dan prasarana. (2) pelaksanaan diklat, yang merupakan implementasi dari perencanaan diklat yang sudah disusun sebelumnya, meliputi persiapan diklat dan pelaksanaan diklat (proses belajar mengajar). (3) evaluasi diklat meliputi evaluasi peserta diklat, evaluasi pengajar/fasilitator, evaluasi penyelenggaraan, dan evaluasi pasca diklat.

3.      Metode Penelitian
Data  utama  penelitian adalah ini  adalah kata-kata,  peristiwa,  objek  dan  tindakan-tindakan keseharian penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi bagi guru madrasah,  selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Sumber data  diperoleh  melalui  proses  wawancara, angket dan  studi  dokumentasi. Sumber data pada penelitian ini adalah informan, sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah peserta diklat guru rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu sebanyak 30 orang dan 2 orang widyaiswara.
3.1  Method
Penelitian  ini  merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini berupaya memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan guru rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI)  dan bagaimana efektifvitas manajemen pendidikan dan pelatihan guru rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) di BDK Palembang.
Penelitian ini dilakukan di Balai Diklat Keagamaan (BDK) Palembang yang bertempat di jalan Demang Lebar Daun-Macan Kumbang no. 44436 Palembang. Lokasi penelitian di BDK Palembang ini dipilih karena tempat tersebut berfungsi untuk menyelenggarakan berbagai macam program pendidikan dan pelatihan bagi guru dan pegawai yang berada di bawah naungan Kementerian Agama dengan wilayah kerja 4 propinsi yaitu Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Kepulauan Bangka Belitung.
4.      Results and Discussion
4.1  Result
Pada bagian ini akan dideskripsikan hasil temuan penelitian secara komprehensif dengan menggunakan skala likert ditinjau dari pelaksanaannya dengan memperhatikan beberapa unsur-unsur dalam pelatihan, sampai pada tingkat efektivitas manajemen pendidikan dan pelatihan guru rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) di BDK Palembang yang diperoleh melalui proses wawancara, studi dokumentasi dan pembagian angket, serta dilakukan berdasarkan fokus dan sub fokus penelitian sehingga dapat dilihat gambaran hasil penelitian secara  sistematis
4.2  Statement Of Result
Sistem yang diterapkan dalam diklat ini adalah sistem Pelatihan Berbasis kompetensi yang selanjutnya disebut PBK yaitu pelatihan yang menitikberatkan pada kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dalam pelaksanaan suatu pelatihan meliputi unsur-unsur seperti peserta, pelatih/instruktur, lamanya latihan, materi (bahan latihan), metode pelatihan, media pelatihan. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di BDK Palembang tentang unsur-unsur pelatihan maka peneliti melakukan wawancara kepada peserta dan pelatih/widyaiswara. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa untuk mengetahui tingkat kompetensi peserta diklat diadakan pretest sebelum pembelajaran dimulai, dan setelah selesai mengikuti proses pembelajaran diberikan posttest dengan soal ujian yang sama. Kemudian diadakan juga peer teaching diakhir materi pembelajaran.
Materi disusun berdasarkan tujuan pelatihan, peserta, hal yang ingin dicapai dan lamanya pelatihan. Materi yang diberikan kepada peserta pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan. Dari tujuan pelatihan yang telah dirumuskan maka akan diketahui kemampuan apa yang harus diberikan dalam pelatihan dan selanjutnya identifikasi materi-materi atau bahan-bahan pelajaran yang akan diberikan dalam pelajaran.
Dengan melihat Hasil penelitian menggunakan skala likert ditinjau dari gambaran pelaksanaannya dengan memperhatikan beberapa unsur-unsur dalam pelatihan, sampai pada tingkat efektivitas manajemen pendidikan dan pelatihan di BDK Palembang sebagai berikut:
1.      Peningkatan pada aspek Kognitif (pengetahuan), Psikomotor (keterampilan) dan pada aspek Afektif (sikap dan perilaku)
Peserta diklat yang mengikuti pelatihan di BDK melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh instruktur. Menanyakan apa yang belum mereka ketahui. Mereka juga menerapkan sikap toleransi dan kekeluargaan baik sesama peserta diklat maupun antara peserta diklat dengan instruktur, hal tersebut dimaksudkan agar peserta diklat merasa nyaman dalam proses pelatihan. Sehubungan dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap, dengan melihat hasil analisis data yang telah dirumuskan maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan guru rumpun PAI menunjukkan kategori sangat efektif.
2.      Perencanaan Diklat Berbasis Kompetensi
a.  Analisis  kebutuhan  diklat  di  BDK tidak  memuat  aspek  kebutuhan diklat atau deskripsi kebutuhan diklat yang diinginkan.
b.  Dalam  proses  penyusunan  bahan  diklat tidak  dilakukan proses penilaian dari para ahli  atau pihak  eksternal,  disamping  itu beberapa  bahan  diklat  yang  ditulis  tidak sesuai  dengan  standar  yang  telah ditentukan  dan  masih  terdapat  beberapa penulis bahan diklat yang penyusunannya terlambat sehingga  menyebabkan pencetakan  bahan  diklat  menjadi terhambat.
d. Seleksi peserta diklat berbasis kompetensi di BDK tidak berdasarkan pada peta kompetensi.
e.  Penetapan  pengajar diklat  berbasis kompetensi  bagi  guru  madrasah di BDK telah dilakukan berdasarkan pada keahlian, pengalaman,  mental  dan  tanggung jawab atas  keberhasilan  mata sajiannya dengan memperhatikan  jenis  dan  jenjang pendidikan dan pelatihan.
f.  Dalam  situasi  tertentu  penyediaan  sarana diklat  seperti  ketersediaan  bahan  praktik dan  peralatan  mesin  pendukung  diklat masih  terbatas  dalam  pengadaannya.
3.       Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Guru rumpun PAI di BDK Palembang Berdasarkan penyajian hasil analisis data, penulis meninjau proses gambaran pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Guru rumpun PAI di BDK Palembang dari unsur-unsur dalam suatu pelatihan. Metode latihan yang digunakan instruktur membantu memahami materi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh peserta didik. Metode yang diterapan lebih mengutamakan praktek dari pada teori. Keberadaan widyaiswara pun sangat membantu dalam menyampaikan materi. Sarana dan prasarana yang terdapat di BDK Palembang juga telah sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan rekapitulasi analisis data yang dilakukan secara  keseluruhan  terhadap  seluruh item  pertanyaan  dalam  angket  diperoleh skor sebesar 81,45% yang berdasarkan pada  pengkategorian yang telah ditetapkan yakni berada pada interval 76%-100%, yang mengindikasikan bahwa  pendidikan  dan pelatihan  ini sangat  efektif .
 4.   Evaluasi Diklat Berbasis Kompetensi
a.  Hasil evaluasi  peserta  diketahui terdapat  beberapa peserta  yang tidak mencapai target kompetensi yang diharapkan dari level diklat yang diikuti.
b.  Dari evaluasi pengajar telah menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu  masing-masing pengajar telah menjalankan tugasnya dengan baik dan memiliki kompetensi serta kualifikasi yang baik untuk penyampaian materi kepada peserta.
c. Dari evaluasi penyelenggaraan diklat dapat diketahui hasil evaluasi pelaksanaan diklat secara komprehensif, termasuk unsur-unsur administrasi dan program akademiknya. Evaluasi penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi bagi guru madrasah di BDK dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pemantauan pra diklat dan tahap selama proses diklat.  Sehingga dari tahapan kegiatan evaluasi ini dapat  memantau pelaksanaan kegiatan diklat secara utuh dan terpadu.
d. Monitoring dan evaluasi sudah dijalankan untuk melihat sejauh mana ilmu yang diperoleh diterapkan dilingkungan kerja masing-masing.
5.      Conclusion
Berdasarkan  hasil  penelitian  disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
(1) BDK belum  memiliki  sistem  manajemen  diklat  yang terpadu, artinya antara subsistem yang satu belum terkait dengan subsistem lainnya,
(2)  Perencanaan diklat  tidak  sepenuhnya  berbasis  pada  demand driven  tetapi lebih bersifat supply driven. Hal ini tercermin dari rancangan diklat yang tidak sepenuhnya berdasarkan pada Training Needs Analysis (TNA), tetapi lebih  berdasarkan  pada kemampuan dan  ketersediaan SDM  yang dimiliki, 
(3)  Pelaksanaan  pendidikan  dan  pelatihan Guru Madrasah  di  BDK Palembang  sangat   efektif dilihat pada proses pelaksanaanya, dengan menggunakan pengukuran skala  likert yang mengacu  pada unsur-unsur yang terdapat  dalam suatu pelatihan seperti  peserta, pelatih/instruktur, lamanya latihan, materi (bahan latihan), metode pelatihan, serta media. dapat  dilihat berdasarkan  tanggapan  responden yang dianalisis dengan menggunakan rumus  persentase dengan skor yang  di  peroleh  sebesar 81,45%  kemudian  diukur dengan  menggunakan  pengukuran  skala  likert berada  pada  interval  76%-100%  berada  pada pengkategorian  sangat  efektif  dan  menyatakan bahwa  selama  proses  pelatihan,  mereka  mengalami banyak perubahan, meliputi peningkatan pada aspek kognitif,  afektif  dan  psikomotor  dan  telah  berhasil mencapai  tujuannya.
(4) Evaluasi  peserta  diklat  di  BDK  sudah  dilaksanakan  meskipun belum sepenuhnya  sistematis,  dan
(4)  Penyelenggaraan  diklat  di  BDK belum  sepenuhnya  efektif  karena  keterbatasan
       dalam pembiayaan.



REFERENCES



Buckley,  R.  &  Caple, J. (2009).  The  Theory  and Practice Of Training, 6th  Edition. London: Koganpage.

Cheung, A.C.K.  &  Wong,  P.M.  2012.  Factors affecting  the  implementation  of curriculum  reform  in  Hong  Kong:  key findings from a large-scale survey study. International  Journal  of  Educational Management, 36 (1), 39-54.

Davis,  E.  (2005).  The  Training  Manager’s:  A Handbook.  Edisi  Terjemahan.  Alih  Bahasa oleh:  Ramelan.  Buku  Wajib  Bagi  Para Manajer  dalam  Mengadakan  Training. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Day,  C.  &  Sachs,  J.  (2004).  Professionalism, perfomativity  and  empowerment: discourses  in  the  politics,  policies  and purposes  of  continuing  professional development. In: Day B & S achs J (e ds). International  handbook  on  thecontinuingpro  fessional  de  velopment  of  teachers. Berkshire: McGraw-Hill Education.

DeCenzo,  A.  D.  &  Robbins,  P.  S.  (2010). Fundamentals  of  Human  Resources Management,   8th  Edition.  USA:  John Willey & Sons Inc.

Devi, R. & Shaik, N. (2012). “Evaluating training &  development  effectiveness  -  A Measurement  Model”.  Asian  Journal  of Management Research. 2, (1), 722.

Gomes,  F.  C.  (2003).  Manajemen  Sumber  Daya Manusia. Yogyakarta: Andi.

Gray,  S.  L.  (2005).  An  Enquiry  Into  Continuing Professional  Development  for  Teachers. London: Esmee Fairn.

Hasil  Penelitian  Badan  Litbang  dan  Diklat. (2005).  Penyelenggaraan  Diklat  GPAI SD/SLTP.  Jakarta:   Badan  Litbang  dan Diklat.
Jones,  J.,  Jenkin,  M.  &  Lord,  S.  (2006). Developing Effective Teacher Performance. London: Paul Chapman Publising.

Munandar  &  Ratnawati.  (2007).  “Peningkatan Profesional  Guru  Melalui  Pendidikan  Dan Latihan”.  [Online].  Tersedia: http://www.digilib.unm.ac.id/.../universitas %20negeri%20makasar. [2 agustus 2018].

Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright. (2003). Human Resource  Management,  International Edition.  New  York:  The  McGraw-hill Companies, Inc.

Scannel,  E.  &  Donaldson,  L.  (2000).  Human Resource Development, The New Trainer’s Guide,  Third  Edition.  Cambridge, Massachusetts: Perseus Publishing.

Undang-Undang  Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Vyas, L. (2004). “Delivering Better Government: Assessing  the  Effectiveness  of  Public Service  Training  in  India”.  Journal of Public Personnel Management. 33, (3), 291-306.